Malam ini begitu sunyi. Tak ku lihat sedikit pun cahaya
rembulan di singgasana langit. Begitu kelabu. Angin membawa jiwa ku berdiri
dihamparan ladang gandum, bertemankan sunyi.
Kupandangi
langit yang seakan meratap melihat ku. Ia seakan tau apa yang kurasakan saat
ini. Tak ku sadari, butiran mutiara murahan jatuh berkejaran menuju tanah,
membasahi wajah ku. Tanpa sedikit pun komando dari ku, tiba tiba suara itu
memenuhi pikiranku.
“Tuhaaaaaaan ! Aku tidak meminta untuk dilahirkan ke dunia ini.
Aku juga tidak meminta untuk jadi begini !”
Suara
itu menggema kesegala penjuru, dan mengundang para tentara langit untuk
singgah. Hentaman para tentara langit
itu menyisakan banyak kubangan dipermukaan tanah, sama halnya dengan kubangan
yang ada dihati ku ; banyak tak terhitung.
Aku tak
berharap menjadi yang terbaik, karena aku tau aku hanyalah seorang gadis kecil
yang tak berharga. Hidup ku hanya sebagai parasit, dan itu tak lebih. Aku ingin
berlari, berlari ketempat paling tinggi agar kalian tidak dapat melihat ku. Biarkan
aku bersama waktu memperbaiki pilunya hati ini.
******
Cahaya mentari
menusuk kelopakmata ku, memaksa ku untuk bangun dari mimpi ku malam tadi.
Kubuka perlahan mata sipit ku, dan sekarang aku kembali untuk memberanikan diri
ku untuk menatap dunia.
“Haaah, haruskah aku tetap hidup ?”
Aku beranjak dari ranjang peot
peninggalan almarhum ayah, suara derikan itu mengisyaratkan usianya yang sudah
tak lagi muda. Ku gapai radio tua pemberian sahabat ku dulu sewaktu aku duduk
di sekolah dasar. Sampai detik ini,hanya itu lah barang berharga yang ku
miliki. Aku tak punya apapun yang bisa ku banggakan di bumi ini. Dan aku
bergegas membasuh wajahku disungai yang
letaknya tak jauh dari gubuk tempat aku tinggal.
“Kejutan apalagi yang akan
diberikan Tuhan untuk ku hari ini , aku harap itu kejutan yang ku nantikan ”
bisik ku sambil tersenyum pahit memandang langit .
Aku adalah seorang gadis kecil
yatim piatu yang hidup sebatang kara. Ibu ku telah lama meninggalkan ku
semenjak usia ku satu tahun, dan ayahku ? Ayah ku juga tak betah hidup bersama
ku, dan ia memilih mengakhiri hidupnya disaat aku duduk dikelas 5 sekolah dasar.
Sebenarnya aku memiliki 2 orang saudara perempuan, tapi aku tak mereka entah
dimana. Karena yang ku ingat, aku hanya sendiri menangis di gubuk jelek itu
saat aku tau bahwa ayah meninggalkan ku.
Aku berjuang mempertahankan hidup
ku sendiri. Sendiri tanpa siapa pun. Menjalani hidup dengan diriku saja.
“Tuhaan, mengapa Engkau tetap memberi
ku nyawa ??! ” pelupuk mataku basah. Dulu aku pernah berusaha untuk
meninggalkan bumi ini, meninggalkan kekejaman hidup ini, tapi entah apa yang telah
di rencanakan Tuhan untuk ku, aku tetap hidup hingga sekarang.
Nyambung ke part II J
Posting Komentar
Thanks udah dibaca. jangan lupa yah, tinggalin komentar nya disini buat kenang-kenangan di blog aku ;)