Riuh bumi membangun kan dari tidur ku malam tadi. Suara
suara burung yang bernyanyi ikut meramaikan. Secerca sinar tajam menusuk mata
ku, yang memaksa ku bangkit dari angan angan panjang ku. Ku singkapkan segera
kain sarung mini yang sudah sangat lusuh itu dari badan ku. Uuuh, bau nya bagai
bau orang yang sudah tersesat ditengah lautan selama sebulan. Ku berdiri,
sambil merapikan rambut ku yang sepupuan dengan ijuk ini.
Ku ambil sepeda reot ku dari
samping gubuk tua ku. Ku usap sedikit stank nya, sambil berkata “Semoga ini lah
hari keberuntungan ku”. Itu seperti mantra ku setiap pagi untuk memulai pagi
ku.
Sepeda ini adalah sepeda warisan
kakek ku yang ia beli saat jepang hengkang dari negeri ini. Wajar saja pedal
nya keras, dan selalu berderik derik ketika ku mengayuh nya perlahan.
“Hah, hidup hidup.. derikan sepeda ini, nyanyian burung,
dan pohon pohon tua ini lah yang selalu menemani hidup ku.”
Aku adalah seorang anak sulung dari 3 bersaudara.
Semenjak ayah ku pergi meninggalkan dunia ini, ibu ku begitu depresi yang
akhirnya menghantarkan nya juga keujung hayat nya. Setelah meninggal nya ibu
ku, kedua adik perempuan ku diambil oleh sanak keluarga ku. Lalu aku diasuh
oleh kakek ku disebuah gubuk kecil ditengah hutan. Kami hanya tinggal berdua.
Tetapi, memang mungkin tuhan ingin
mengajarkan aku, agar aku dapat kokoh dengan mandiri. Setahun aku hidup bersama kakek ku, ia pun menghembuskan nafas terakhir nya. Yang membuat ku sangat terpukul, ia pergi karena ingin menyelamatkan ku saat aku tenggelam dilaut. Kaki nya termakan oleh putaran baling baling perahu, karena tak kuat menahan sakit nya, akhirnya ia pun meregang nyawa nya dilaut itu, sempat aku mengusap wajah nya, berteriak meminta tolong, tetapi ia pergi begitu cepat. Bak badai yang begitu dahsyat dan berlalu begitu cepat;menegangkan dan sebentar. Suara ku langsung membahana ditengah lautan.
mengajarkan aku, agar aku dapat kokoh dengan mandiri. Setahun aku hidup bersama kakek ku, ia pun menghembuskan nafas terakhir nya. Yang membuat ku sangat terpukul, ia pergi karena ingin menyelamatkan ku saat aku tenggelam dilaut. Kaki nya termakan oleh putaran baling baling perahu, karena tak kuat menahan sakit nya, akhirnya ia pun meregang nyawa nya dilaut itu, sempat aku mengusap wajah nya, berteriak meminta tolong, tetapi ia pergi begitu cepat. Bak badai yang begitu dahsyat dan berlalu begitu cepat;menegangkan dan sebentar. Suara ku langsung membahana ditengah lautan.
Semenjak kepergian kakek,aku
hidup sendiri di gubuk buatan kakek. Hari hari ku ,ku rasakan begitu sunyi.
Berusaha menghidupi diri ku sendiri ditengah keburaman negeri ini.
Aku bekerja sebagai buruh panjat
kelapa,dan pengantar koran. Upah nya tak seberapa. Tetapi,cukup untuk makan ku hari
itu. Aku, tak lagi bersekolah. Semenjak kakek pergi, sekolah ku putus. Tentu
saja itu karena aku tidak mampu meneruskan nya. Sesungguh nya, jauh dihati ku
yang paling dalam, aku mempunyai keininan untuk menjadi seorang sarjana. Ah,
itu hanya angan angan yang tidak mungkin dapat ku gapai.**
Pagi ini, aku mendapat tugas
untuk memanjat pohon kelapa dikebun Pak Harfan. Letak nya di tepi pantai.
Lumayan jauh dari gubuk ku. Pak Harfan bilang, jika aku dapat menjatuhkan 200
kelapa,aku akan diberi bonus. Senang rasanya ketika mendengar Pak Harfan
berkata seperti itu, nanti uang nya akan aku tabung untuk membeli sarung. Aku malu
dengan tuhan ku, masa harus berjumpa dengan nya hanya menggunakan sarung lusuh
dan baju compang camping.**
“Oo Ramjan ! Kau panjat kebun sebelah sini nanti ya
!”Teriak Pak Harfan.
Sambil
tersenyum aku mengacungkan jempol kurus ku pada nya,pertanda aku mengerti akan
perintahnya.
Sekitar tiga jam aku berayun
ayun,berpindah dari satu pohon, kepohon lain nya.
“Kayak nya udah cukup lah.” Aku meloncat turun dari
atas pohon kelapa. Aku mulai menghitung satu persatu buah kelapa tua itu.
“198,..199.. 200 ... ! yuhuuuuuuu !!!” teriak ku. Sejenak
aku terdiam, bluump. Ku palingkan
wajah ku kebelakang, kulihat sebuah kelapa menggelinding menuju pantai. Ku
kerahkan sejuta tenaga ku mengejar kelapa itu. Tcuuuuuuussh .. sekujur tubuh ku tenggelam di air laut itu,ku kejar
kelapa itu hingga dedasar. Ku dapatkan buah kelapa itu,ku peluk erat sambil
berenang kepermukaan. Sreeeeeeeeeeeeeeeng...
Suara mesin perahu tiba tiba terdengar. Menggema diair. Seketika sekujur
tubuh ku kaku. Seketika ku rasakan dingin nya tangan kakek saat ia meregang
nyawa nya,terbayang wajah pirus kakek yang masih bisa tersenyum saat ia
meregang nyawa nya, dan suara kakek terngiang ditelinga ku. Kelapa tua itu
terlepas dari pelukan ku,melayang bersama tubuh kurus ku tengah sepi nya air
laut .**
Saat aku membuka kelopak mata ku,pandangan ku berbayang
bayang. Ku lihat semua menjadi kembar. Suara mesin yang keras menyadarkan ku.
“Dah sadar kau?
Nah, minum la ni biar ndak dingin kau.”
“makasih mak!”
Ku
teguk minuman itu hingga habis. Kurasakan sensasi hangat disekujur tubuh ku.
Rasa ploong sekali. Tapi, apa ini
? Ya Allah, jangan jangan ini arak ?!
“Apa ni mak ?”
“Tuak, mau tambah ? ni haa”
Aku
menggeleng kuat. Kakek pernah bilang kepada ku,untuk menjauhi minuman yang
memabukkan. Jika kakek masih hidup, mungkin kakek akan melibas ku dengan lidi
kelapa seratus kali.
Suara mesin ini, kembali membuat kepala ku pusing.
Mungkin ini yang dibilang banyak orang;trauma. Kakek, kakek ku meninggal karena
mesin ini !
Orang orang di perahu ini
berusaha mengajak ku bercengkrama. Tetapi,kecemasan ku ini membuat bibir ku
enggan melebar, menunjukkan senyum. Mungkin orang orang diperahu ini,lelah
menghiburku. Aku tidak tahu,entah kemana mereka akan membawa ku. Yang terpikir
oleh ku, cepat turun dari perahu bermesin ini dan memberikan kelapa kelapa tua
ini kepada Pak Harfan.
“Mamak nak kemane ? aku nak pulang ?”
“Kami nak keBatam. Kau tinggal
dimana ?”
Ya
ampun, jauh nya aku terbawa. Aku hanya tertekun. Bagaimana Pak Harfan,pasti ia
akan marah kepada ku. Pikiran melayang terbawa angin timur.**
Salah seorang mamak diperahu itu
mengangkat ku menjadi anak nya, karena ia tidak mempunyai anak. Hendarto nama
salah seorang mamak yang mengangkat ku menjadi anak itu. Istri nya bernama
Shinawa.Ku rasakan keluarga ini begitu hangat. Aku merasakan kembali kehangatan
keluarga ku disini. Aku disekolah kan ,dirawat,dan diberi kasih sayang.**
Hingga disuatu saat, ibu angkat
ku itu sakit. Seharian ia mual mual, suhu tubuh nya meningkat,wajah nya pun
pucat. Aku kasihan kepadanya. Ayah angkat ku pergi ke Pekanbaru. Aku takut
terjadi sesuatu kepada nya,aku segera membawa nya kerumah sakit.
Dokter itu hanya tersenyum
kepada ku. Aku bingung. Aku hanya anak SMA yang belum mengerti masalah
kesehatan.
“Ibu mu itu hamil,bukan sakit”
Oh
tuhaan ! Ini sebuah kabar yang sangat mengembirakan. Tujuh belas tahun orang
tua angkat ku ini tidak dikaruniai anak, dan sekarang ,sekarang ibu angkat ku
hamil ! Aku langsung mengabari ayah angkat ku. Ayah angkat ku begitu bahagia mendengarnya, dan berpesan
untuk menjaga ibu selagi dia diperjalanan pulang.**
Tiba saat nya ibu melahirkan. Aku
dan ayah begitu was was menunggu kelahiran nya. Sejenak aku tertekun. Aku
menunduk,tanpa seizin ku buliran air mata jatuh dari pelupuk mata ku. Ayah
mengusap wajah ku,wajah nya begitu pasti. Air wajah nya begitu damai. Ku peluk
ia erat erat.
“Terimakasih yah,telah membesar
kan aku..”
“Terimakasih juga, kau telah
menjadi anak ku dan istri ku. Sekarang kau akan punya adik.”
Degup
jantung ku tiba tiba saja kencang. Adik
..Aku mempunyai adik ! Sebelumnya, aku juga telah mempunyai adik. Sekian
tahun aku melupakan kedua adik perempuan ku. Ayah angkat ku menyuruh ku untuk menyelesaikan sekolah ku
terlebih dahulu,baru lah aku mencari kedua adik ku.**
Anak kandung ibu, ternyata
perempuan. Namanya sekar Wulan. Wajah nya bulat,bulu mata nya melentik,alis
mata nya mirip dengan taji ayam. Dagu nya meruncing,cantik dan elok pekerti
nya. Sekarang ia sudah menginjak sekolah dasar. Dan aku, usia ku makin tua. Aku
mendapat beasiswa kuliah ke Paris. Dan membuahkan beberapa huruf dibelakang
namaku, “RAMJAN DAERMA .Msc.”.Tentu saja itu semua tidak lepas dari bimbingan
dan dukungan orang tua angkat ku, Pak Hendarto dan Buk Shinawa, serta adik
kecil ku;Sekar. Semangat ku juga tidak lepas dari bayang bayang kakek.
Terimakasih, ayah,ibu,adik,dan kakek .. **
Senja telah merona di langit.
Matahari malu malu mulai bersembunyi, langit memerah, dibingkai oleh burung
burung yang berterbangan.
Hari ini adalah hari yang
menyenangkan bagi ku. Artikel artikel ku diterima oleh para produsen. Terlukis
senyum diwajah ku. Senyum tulus karena jeri payah ku terbayar sudah. Ku letak
kan tas ransel ku diatas meja kerja ku yang bertumpukan dengan kertas kertas
putih. Ku hempaskan tubuh ku diatas gundukan kapas;tempat tidur. Ku biarkan
pikiran ku melayang layang menikmati keberhasilannya.**
Tiba tiba aku mendengar suara
tangisan anak kecil dari sudut kamar. Aku berdiri dan langsung bergegas menuju
sumber suara tangisan itu. Mungkin kah Sekar menangis ? Tetapi suara tangisan itu
suara tangisan anak lelaki. Ku temui sesosok anak lelaki yang meringkuk di
belakang pintu kamar ku. Tubuh nya kurus,wajah nya bulat,dan pakaian lusuh.Tangisan
nya begitu pilu. Ku pegangi pundaknya,berusaha menenangkan nya. Tapi, ia
memberontak dan menangis semakin kuat. Siapa anak ini ?
“Dik, kamu siapa ? Dan kenapa kamu menangis ?”
“Hiks..hiks.. kau,kau yang
membuat ku menangis ! membuat ku menyesali hidup ku !”
Aku bingung dengan ucapan anak
ini. Apa yang dimaksud nya, tidak bisa ku cerna. Sebelum nya, tidak pernah ada
anak laki laki yang pernah bertamu kerumah ini hingga malam begini. Aku kembali
bertanya kepada nya dengan pelan.
“Tenang, nama mu siapa ?”
“Ramjan.”
Aku berdiri menjauhi nya. Aku
berusaha menggapai stopkontak lampu untuk menghidupkan lampu kamar ku. Tapi,
kemana stop kontak nya ? biasanya, dia tertanam di tepi kusen pintu kamar ku.
Bak menghilang ditelan dunia. Aku dan anak itu diselubungi kegelapan.
“Kau orang jahat ! Kau benar
benar jahat ! aku tak pernah ingin tumbuh besar menjadi kau ! aku adalah anak
baik. Yang akan menjaga dan merawat adik adik perempuan ku. Bukan seperti kau !”
Teriakan nya membahana di
telinga ku. Bayangan bayangan suram masa lalu ku kembali singgah di kepala ku
setelah lama dia mati didalam hati ku. Teriakan ibu kandung ku saat ayah
meninggal, ibu ku yang depresi,adik adik ku yang diambil oleh saudara ku, aku
yang ditinggal sendiri,kakek yang merawat ku, kakek yang menolong ku, dan
kematian kakek dihadapan ku. Semua nya muncul bergantian dikepalaku.
“Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak
! aku bukan orang jahat ! siapa kau ?!”
“Aku adalah kau. Ingat kah
kau, saat kau bangun dari mimpi indah mu, disaat kakek bilang,banguun Jan,jadi la urang berhasil. Ambik
balek adik adik kau tu. Jangan lupa kau pada urang tu.”
Dulu kakek selalu berkata
begitu kepada ku. Kakek selalu berpesan agar aku jangan pernah melupakan adik
adik perempuan ku. Karena itu, kakek dan aku selalu berusaha mencari uang untuk
kembali membawa kedua adik ku. Butiran intan murahan jatuh bercucuran diwajah
ku. Anak itu memandangi ku begitu tajam. Sorot mata nya menusuk hatiku,
menghancurkan peti masa lalu ku. Mengacak acak berkas berkas kehidupan ku yang
memilukan.
“Jangan pernah kau menjadi
orang yang melupakan janji !”
Suara suara ancaman anak itu
menggema di seluruh ruangan kamar ku. Anak itu kemudian menghentikan tangisan
nya. Pandangan nya berpindah ke tempat tidur ku. Tangan kurus nya melintang
mengarahkan pandangan ku.
Kulihat tubuh seorang lelaki
muda yang tertidur dengan air mata diwajah nya. Wajah nya mirip dengan ku. Ku
dekati perlahan, tiba tiba anak kecil itu berteriak melengking dan mengaget kan
ku.**
Kejadian tadi malam,selalu
terbayang di mata ku. Aku memutuskan untuk kembali keSelat Panjang,tempat aku
dilahirkan. Ayah ,ibu dan adik angkat ku melepas kepergian ku dengan haru. **
Di perjalanan, aku menaiki
perahu modern yang menggunakan mesin super kencang. Karena tidak ada pesawat
yang transit ke daerah ku itu.
Suara para inang inang yang
riuh membuat tak bisa tenang. Hingga dua jam kemudian inang inang itu pergi
menuju darat. Baru ku rasakan kenyamanan
disini. Tiba tiba ada seseorang yang memukul pundak ku.
“Kakek ?”
“kau terlambat cucuk ku.”
Aku tak mengerti ini. Suara
mesin yang keras membuat ku kaget. Saat aku kembali melihat kesamping, kakek
sudah tak ada. Mesin perahu terus menggerang,ingatan ku mulai menggambarkan
saat kakek meninggal karena menyelamatkan aku,saat aku berenang menyelam meraih
kelapa, ingatan ku,ingatan ku !**
Desa kecil ku kini telah berevolusi.
Dulu, kebun Pak Harfan lah yang menjadi penyambut para tamu yang datang kedesa
ini. Tapi sekarang, telah berdiri sebuah perusahaan kelapa sawit yang besar.
Entah siapa pemilik nya.
Aku berjalan menuju gubuk sederhana
ku dulu. Tetapi, yang ku temui hanyalah sebuah rumah sederhana yang aku tak
kenal pemilik nya. Ku teruskan menuju rumah Pak Harfan, rumah nya tidak
berubah. Ku ketuk pintu rumah nya perlahan. Tiba tiba keluar seorang lelaki
paruh baya, yang berkumis tebal. Mirip dengan Pak Harfan,tapi tak mungkin Pak
Harfan masih muda,pastilah usia nya sudah tujuh puluh tahunan.
Lelaki itu menanyakan nama ku.
Ia tampak kebingungan dengan ku. Wajah nya seperti tidak suka dengan kedatangan
ku.
“Aku Ramjan, buruh panjat
kelapa 16 tahun dulu?”
Lelaki itu berusaha mengingat
ingat aku. Dan sesaat kemudian ia berteriak,”aaah, yayaya, si Ramjan itu. Sudah
sukses kau sekarang ?”
Sekarang
aku tau, dia adalah bag Pi’i. Anak pertama Pak Harfan. Dan Pak Harfan sudah
lama meninggal.**
Bang Pi’i mengantarkan ku
kerumah saudara ku yang mengambil adik adik ku dahulu. Dia hanya bercerita
sedikit tentang keluarga ini, dan pulang kembali meninggal kan ku.
Ku temui mak etek yang sedang
merajut diteras rumah. Ia terkejut akan kedatangan ku. Dia menganggap ku orang
asing. Mak etek sama sekali tidak mengingat ku. Aku berusaha mengingatkan ia
tentang aku. Ia menangis dihadapan ku.
Ia bercerita tentang perusahaan
kelapa sawit didepan pulau, katanya, perusahaan itu adalh hasil rintisan kedua
adik ku. Aku tersenyum bangga,tapi tiba tiba senyum ku pecah menjadi deraian
air mata. Mak etek melanjutkan ceritanya. Perusahaan itu dulu menjadi bahan
rebutan oleh para tengkulak tengkulak serakah. Para tengkulak tengkulak itu
mengadakan pemberontakan besar besaran di perusahaan itu, dan saat itu kedua
adik ku berada disana. Tampa ampun, tengkulak tengkulak itu memukuli kedua adik
ku hingga tewas.**
Didepan gundukan tanah ini aku
menjatuhkan butiran butiran air mata ku. Kugenggam tanah kuning didepan ku. Aku
adalah kakak yang jahat. Aku melupakan kedua adik ku. Kakek.. kini hanya
penyesalan yang ada pada ku,penyesalan pada suatu perjalanan hidup ku ..
Posting Komentar
Thanks udah dibaca. jangan lupa yah, tinggalin komentar nya disini buat kenang-kenangan di blog aku ;)